Tempat pelarianku kini tak lagi sama. Bukannya melarikan diri ke sana karena suatu masalah, justru aku ingin melarikan diri dari sana untuk menghindari sebuah masalah.
Di bawah langit Kota Pelajar, aku merenungi segala hal yang telah tercipta. Entah itu karena suatu kesengajaan atau takdir tuhan yang terpaksa mempertemukan. Mozaik cinta mulai terukir indah sejak ia mengucapkan salam. Aku tak pernah menduga akan pernah berada di sampingnya, menemaninya, dan bercerita tentang mimpi dan cita yg ingin kugapai sekarang ; lebih tepatnya saat ini, atau mungkin kemarin?
Hanya pernah.
Ya.
Pernah.
Sebelumnya aku sempat berpikir, "Bolehkah ia mengambil alih kemudi yg kupegang?". Bagai nahkoda yang tak tahu arah, nasibku yang berada di tanah orang selalu kugantungkan kepada mereka. Mereka yang lebih dulu tinggal dan mengenal seluk-beluk Daerah Istimewa Yogyakarta. Aku buta, aku tuli, dan bahkan tak dapat merasakan semua hal yang harus kulalui saat memutuskan tuk pergi dari gubuk ternyaman di dunia yaitu rumah.
Disaat ku terjebak dalam ruang pikiran, kau datang menghapus elegi dalam setiap canda. Mencoba dengan berbagai cara agar aku bahagia dan mengambil segala perhatian yang kucurahkan pada hal lain sebelumnya. Aku dan sang waktu terus bertengkar hebat dengan 2 argumen keras yang bertolak belakang, menyusun strategi agar masing-masing tidak membawa luka dan penyesalan. Ia mengingatkanku tentang tragedi lama yang sudah kututup rapat, namun ku percaya semua akan berbeda. Ku mencoba lakukan sebaik yang ku bisa dan ia pun demikian, walau ku tak tahu hal apa yang terus ia pikirkan. Dan disaat perdebatan hampir kumenangkan, sang waktu telah lelah dan memutuskan tuk pulang. Memungut perasaan yang pernah ia tuangkan lalu pergi dengan cara yang tak indah. Meninggalkanku disini tanpa sesuatu yang bisa kujaga.
Namun, akhirnya aku menyadari apa yang kau pikirkan selama ini. Keraguanmu tentang segala angan dan bayangan sebuah kepastian. Dan ketika ku menyadari semuanya, kau telah memegang kemudimu sendiri lalu pergi ke sisi samudera lain. Menemui duniamu, imajinasimu, atau mungkin seseorang yang tak terlambat untuk menghargai semua usahamu.
Sekilas, cerita ini mirip dongeng seekor kancil yang menyeberangi sungai dengan bantuan seekor buaya. Jika si kancil tidak menengok ke belakang dan tetap melanjutkan perjalanan, ia tak mungkin kembali ke pinggir sungai karena memikirkan perasaan si buaya yang membantunya. Pada akhirnya, ia pun termakan oleh si buaya yang terlanjur merasa kecewa.
Terkadang aku menyesali keputusanku untuk hijrah karena terlalu banyak hal yang tak kumengerti dan kupahami. Teramat banyak hingga tak jarang butir-butir air mata jatuh membasahi pipi. Aku masih punya 3 tahun untuk memperbaiki semuanya. Memperbaiki pola pikirku, memperbaiki sifat burukku, dan memperbaiki manajemen waktuku.
Di antara semua kesalahan yang kulakukan, ada dua hal yang tak dapat kembali seperti semula. Kesalahan fatal yang membuatku kehilangan sosoknya sebagai pelita dalam gelap, dan kehilangan teman yang menghiburku dari penatnya kehidupan.
Kepercayaanmu......dan cintamu.
Frasa yang Tertinggal
Langganan:
Posting Komentar (Atom)






0 komentar:
Posting Komentar